Dalam kitabnya “Bidayatul Hidayah”, Imam Al-Ghazali menyampaikan pesan yang sangat mendalam buat para pelajar yang menimba ilmu pengetahuan agar tidak terjeremus ke dalam ilmu yang sia-sia dan tak bermanfaat. Berikut petikan pesan beliau:
“Wahai
para pelajar yang sedang berkecimpung dalam menuntut ilmu pengetahuan,
yang sedang mengabdi dan menggandrungi ilmu, ketahuilah! Sesungguhnya
kamu saat sekarang baru berada di tengah-tengah samudera yang luas, yang
sedang kamu arungi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan
memperdalamnya.”
“Ibarat
orang berdagang, maka ‘akad jual-beli yang demikian adalah mendatangkan
kerugian yang besar. Di samping dirimu sendiri rugi, orang yang telah
mendidikmu akan merasa rugi pula, sebab mereka merasa telah memberikan
pertolongan kearah maksiat, menuju jurang kehancuran.
Ibarat seorang penjual senjata, dia
telah menjualnya kepada seorang penjahat di tengah jalan, senjata
tersebut digunakan untuk menodong penjual itu sendiri. Demikian nasib
gurumu apabila niatmu keliru di dalam menuntut ilmu pengetahuan.”
“Apabila niat dan tujuanmu di dalam menuntut ilmu semata-mata mencari keridhaan Allah, maka berbahagialah.
Karena sesungguhnya para Malaikat membentangkan sayapnya, demikian juga
ikan-ikan di tengah samudera meminta keridhaan dan kasih sayang Allah buatmu, sehingga segala tindak langkah yang kamu tempuh selalu dalam naungan ridha dan ampunan-Nya.”
“Sebelum
kamu belajar, hendaknya terlebih dahulu kamu bersihkan hatimu dari
segala kemaksiatan dan kemalasan. Ketahuilah! Apabila hatimu masih
berusaha untuk menunda-nunda kesempatan baik, maka sesungguhnya hatimu
telah dipengaruhi oleh hawa nafsu, emosi, dan dorongan syetan yang
terkutuk. Syetan yang telah mempermainkan hatimu agar selalu berada
di jurang kesesatan dan kemaksiatan. Syetan yang telah membisikkan di
telingamu agar tidak mengutamakan ilmu pengetahuan. Syetan yang telah
memperdayamu dengan tipu daya dan irama-irama agar engkau berilmu tapi
berada dalam kesesatan.”
"Ilmu
itu cahaya" dan hakekat ilmu itu bukanlah menumpuknya wawasan
pengetahuan pada diri seseorang, tetapi ilmu itu adalah cahaya yang
bersemayam dalam kalbu.
Kedudukan ilmu dalam Islam sangatlah penting. Rasulullah saw., bersabda:
"Sesungguhnya Allah swt., para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi
hingga semut dalam tanah, serta ikan di lautan benar-benar mendoakan
bagi pengajar kebaikan". (HR.
Tirmidzi). Nabi juga bersabda: "Terdapat dua golongan dari umatku,
apabila keduanya baik, maka manusia pun menjadi baik dan jika keduanya
rusak maka rusaklah semuanya, yakni golongan penguasa dan ulama" (HR. Ibnu 'Abdil Barr dan Abu Naim dengan sanad yang lemah).
Mengingat kedudukan ilmu yang penting itu, maka menuntut ilmu adalah ibadah, memahaminya adalah wujud takut kepada Allah, mengkajinya adalah jihad, mengajarkannya adalah sedekah dan mengingatnya adalah tasbih.
Dengan
ilmu, manusia akan mengenal Allah dan menyembah-Nya. Dengan ilmu,
mereka akan bertauhid dan memuja-Nya. Dengan ilmu, Allah meninggikan
derajat segolongan manusia atas lainnya dan menjadikan mereka pelopor
peradaban.
Oleh
karena itu, sebelum menetapkan hati untuk menuntut ilmu, Imam
al-Ghazali menyarankan agar para pelajar membersihkan jiwa dan hatinya
dari akhlak tercela. Sebab ilmu merupakan ibadah kalbu dan salah satu
bentuk pendekatan batin kepada Allah Subhanahuwata'alaa.
Mari menuntun jiwa kepada jalan lurus hidayah _Nya,, Amin.....