Kamis, 04 September 2014

Kisah dalam Kitab Tafsir ; Harut dan Marut



HARUT DAN MARUT
(هاروت و ماروت)

Tersurat di dalam A- Qur’an Surat Al-Baqarah [2] ayat 102

“Dan mereka mengikuti apa [1] yang dibaca oleh syaitan-syaitan [2] pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat [3] di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan:”Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir’. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarkan ayat (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di Akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”

Disebutkan diatas bahwa Harut dan Marut termasuk dua orang yang mengajarkan Ilmu Sihir kepada manusia akan tetapi keduanya tetap menasihati dulu kepada orang yang diajarkan tentang Sihir yang akan diajarkannya.


و مَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَ لكِنِّ الشَّيَاطِيْنَ كَفَرُوا يُعَلِّمٌوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَ مَا أُنْزِلَ عَلَى اْلمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَ مَارُوْتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُوْلاَ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ

Ada perbedaan pendapat tentang siapa Harut dan Marut itu sebenarnya;
Menurut Ibnu Abbas

قال إبن العباس هما ساحران كانا يعلّمان السحر
(Harut dan Marut adalah Dua Orang Lelaki shaleh yang mempunyai ilmu sihir (bukanlah malaikat) yang mengajarkan oleh keduanya tentang ilmu sihir kepada Manusia).

Sedangkan pendapat yang lain ( قيل )keduanya adalah malaikat yang diturunkan ke dunia untuk mengajarkan ilmu sihir sebagai  ujian dan cobaan dari Allah kepada manusia. Bukan tanpa alasan, melainkan telah tersebut didalam sebuah kisah, manakala malaikat melihat kelakuan bangsa manusia yang berbuat kejahatan, mengadulah para malaikat kepada Allah.

Mahasuci Engkau wahai Tuhan kami. Engkau ciptakan makhluk. Engkau muliakan makhluk tersebut padahal mereka berbuat maksiat kepada engkau.
Menyikapai pengaduan tersebut maka Allah berfirmanlah kepada mereka.
 “Jikalau aku sematkan pada kalian sesuatu yang telah aku sematkan pada manusia, sungguh kalian pun akan melakukan sebagaimana yang mereka lakukan.

Malaikat menimpali  Mahasuci Engkau, kami tidak akan berbuat maksiat kepada-Mu selamanya”.

Maka berkatalah Allah dengan kalimat bernada tantangan  “Pilihlah dua orang malaikat diantara kalian”.

Terpilihlah Harut dan Marut untuk menerima tantangan ini. Harut dan Marut merupakan dua orang malaikat yang paling shalih diantara mereka. Allah menyematkan nafsu (syahwat) pada keduanya. Kemudian keduanya diperintahkan oleh Allah untuk turun ke bumi, menghukumkan kebenaran diantara manusia. Allah melarang keduanya dari melakukan kemusyrikan, pembunuhan dan meminum minuman yang memabukkan. Disamping itu Allah juga mengajarkan nama-nama yang agung (الإسم الأعظم) kepada keduanya. Nama-nama agung tersebut merupakan sandi untuk keduanya dapat naik kelangit dan turun lagi ke bumi saat mereka inginkan.

Setelah beberapa lama di bumi, keduanya berjumpa dengan seorang perempuan yang sangat cantik bernama Zahra’. Harut dan Marut pun terpesona dan tergoda dengan Zahra’. Maka mereka mengajak perempuan itu untuk melakukan dosa. Zahra’ menolak permintaan tersebut, hanya saja dia memberi syarat; jika kedua Malaikat tersebut mau membunuh suaminya dan meminum minuman yang memabukkan maka Zahra’ akan menuruti permintaan mereka untuk melakukan dosa.

Harut dan Marut pun akhirnya tergiur. Karena nafsunya yang bergelora akhirnya menuruti semua keinginan Zahra’, bahkan ketika diminta untuk sujud kepada patung berhala, mereka pun menyanggupinya. Hingga pada akhirnya Zahra’ meminta Harut dan Marut  mengajarinya ilmu untuk naik ke langit (nama-nama agung). Zahra’ pun  naik kelangit setelah membacakan nama-nama agung tersebut. Dengan kuasanya Allah mengubah perempuan cantik bernama zahra’ menjadi bintang zahra’ (bintang kejora) yang terkenal selama ini.

Ketika mereka menyadari apa yang terjadi, mereka pun sangat menyesal. Keduanya membaca kembali  nama-nama agung akan tetapi sayap-sayap mereka tidak bisa lagi terbuka. Harut dan Marut kemudian menghadap nabi Idris dan memohon agar meminta keampunan dan pertolongan Allah untuk mereka berdua. Nabi idris pun melakukan permintaan mereka maka Allah memberikan pilihan antara azab dunia atau siksaan akhirat. Harut dan Marut langsung memilih azab dunia karena azab dunia akan berhenti dan tidak akan abadi. Kedua Malaikat ini disiksa dengan diikatkan pada rambut keduanya dan dipukulkan dengan cambuk dari neraka hingga hari kiamat datang;  siksa yang sangat pedih sehingga birulah mata keduanya dan hitam kulitnya.

Demikianlah qishah Harut dan Marut yang dianggap Shahih menurut pendapat Ibnu Hajar karena datangnya dari Imam Ahmad bin Hambal.
Sedangkan Imam Baydhawi dan pengikutnya tidak menganggap cerita ini shahih karena tidak pernah cerita ini sebut riwayatnya kecuali dari Yahudi.

Wallahua’lam bis shawab.

Referensi ; Tafsir Shawi Jilid 1 Halaman 74-75 (Cetakan Beyrut)

Senin, 11 Agustus 2014

Asal Muasal Mata Air



ASAL MUASAL MATA AIR

 










Disaat Allah Swt meng ‘iradah’ kah penciptaan Adam dan keturunannya, terlebih dahulu Allah mengwahyukan kepada bumi dengan berkata ;
 إني خالق منك خلقا من أطاعني أدخلته الجنّة و من عصاني أدخلته النار  
“Bahwa sesungguhnya akan Aku ciptakan daripada engkau suatu makhluk yang apabila mereka berbuat taat maka Aku masukkan syurga dan juga sebaliknya siapapun dari mereka yang melakukan maksiat niscaya Aku masukkan kedalam neraka”
Bumi pun menimpali يا ربّنا أتخلق منّي خلقا يدخل النار
“Ya Tuhan Kami adakah Engkau ciptakan daripadaku suatu makhluk yang akan Engkau masukkan kedalam  neraka”   نعم  Kata Allah.
Maka menangislah bumi sehingga keluarlah mata air daripada tangisannya.
Mata Air inilah yang sekarang kita kenal dan akan mengalir hingga hari kiamat.

Tafsir Shawi Jilid 1 – Halalam 40 (Cetakan Beyrut)

Rabu, 11 Juni 2014

SEBUAH PENGAKUAN DIRI

Saudaraku yang dikasihi Allah
Saya yakin KITA pernah membaca tulisan arabnya sampai khatam
dan menjadikan kita berpikir
merenungi akan hakikat hidup ini

sudahkah aku mengenal diriku
I am ,,,? Aku,,?

Tatkala kudatangi sebuah cermin
tampak sesosok yang sangat kukenal dan sangat sering kulihat
namun aku belum mengenal siapa yang aku lihat

tatkala kutatap wajah, hatiku bertanya,,
apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya
bersinar indah di Syurga sana,,
ataukah,,
wajah ini yang kelak akan hangus legam di Neraka Jahanam,,?

tatkala kutatap mata,, hatiku bertanya,,
mata indah ini yang akan menatap penuh kelezatan dan kerinduan
menatap Allah, menatap Rasulullah, menatap kekasih-kekasih Allah kelak,,?
ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot, menganga, terburai menatap neraka Jahanam,,?
apakah mata penuh maksiat ini akan menyelamatkan,,?
Wahai mata,, gerangan apakah yang kau tatap selama ini,,?

tatkala kutatap mulut,
apakah mulut ini yang kelak akan mendesah penuh kerinduan,
mengucap La Ila Ha Illallah saat Malaikat maut menjemput,,?
ataukah,, mulut ini menganga dengan lidah menjulur dengan lengking jeritan pilu,
yang mencopot sendi-sendi setiap pendengar,,
apakah gerangan yang engkau ucapkan wahai mulut yang malang,,?
berapa banyakkah hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang mengiris tajam,,?

betapa jarang engkau jujur
betapa langkanya engkau syahdu memohon agar Allah mengampunimu,
tatkala kutatap tubuh ini
apakah tubuh ini yang kelak akan penuh cahaya, bersinar, bersuka cita,
bercengkerama dengan nikmatnya Syurga
ataukah
tubuh ini yang akan tercabik-cabik hancur, mendidih didalam lahar bara jahanam
 berapa banyak perindu pertolongan yang engkau acuhkan tanpa peduli padahal engkau mampu,,?
seperti apa gerangan hatimu,,?
apakah isi  hatimu sebagus kata-katamu,,?
atau sekotor daki-daki  yang melekat ditubuhmu,,?
apakah hatimu segagah otot-ototmu,,?
atau selemah daun-daun yang mudah rontok,
ataukah seburuk kotoran-kotoranmu,,?
Ya Allah ampunilah kesalahan dari setiap dosa-dosaku,,
sesungguhnya engkau maha pengampun lagi maha penyayang,,

Senin, 10 Maret 2014

Dalam Kitab "Bidayatul Hidayah" nya Imam Qhazali berpesan


Dalam kitabnya “Bidayatul Hidayah”, Imam Al-Ghazali menyampaikan pesan yang sangat mendalam buat para pelajar yang menimba ilmu pengetahuan agar tidak terjeremus ke dalam ilmu yang sia-sia dan tak bermanfaat. Berikut petikan pesan beliau:
“Wahai para pelajar yang sedang berkecimpung dalam menuntut ilmu pengetahuan, yang sedang mengabdi dan menggandrungi ilmu, ketahuilah! Sesungguhnya kamu saat sekarang baru berada di tengah-tengah samudera yang luas, yang sedang kamu arungi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan memperdalamnya.”

“Ibarat orang berdagang, maka ‘akad jual-beli yang demikian adalah mendatangkan kerugian yang besar. Di samping dirimu sendiri rugi, orang yang telah mendidikmu akan merasa rugi pula, sebab mereka merasa telah memberikan pertolongan kearah maksiat, menuju jurang kehancuran.
Ibarat seorang penjual senjata, dia telah menjualnya kepada seorang penjahat di tengah jalan, senjata tersebut digunakan untuk menodong penjual itu sendiri. Demikian nasib gurumu apabila niatmu keliru di dalam menuntut ilmu pengetahuan.”
Apabila niat dan tujuanmu di dalam menuntut ilmu semata-mata mencari keridhaan Allah, maka berbahagialah. Karena sesungguhnya para Malaikat membentangkan sayapnya, demikian juga ikan-ikan di tengah samudera meminta keridhaan dan kasih sayang Allah buatmu, sehingga segala tindak langkah yang kamu tempuh selalu dalam naungan ridha dan ampunan-Nya.”
“Sebelum kamu belajar, hendaknya terlebih dahulu kamu bersihkan hatimu dari segala kemaksiatan dan kemalasan. Ketahuilah! Apabila hatimu masih berusaha untuk menunda-nunda kesempatan baik, maka sesungguhnya hatimu telah dipengaruhi oleh hawa nafsu, emosi, dan dorongan syetan yang terkutuk. Syetan yang telah mempermainkan hatimu agar selalu berada di jurang kesesatan dan kemaksiatan. Syetan yang telah membisikkan di telingamu agar tidak mengutamakan ilmu pengetahuan. Syetan yang telah memperdayamu dengan tipu daya dan irama-irama agar engkau berilmu tapi berada dalam kesesatan.”
"Ilmu itu cahaya" dan hakekat ilmu itu bukanlah menumpuknya wawasan pengetahuan pada diri seseorang, tetapi ilmu itu adalah cahaya yang bersemayam dalam kalbu.
Kedudukan ilmu dalam Islam sangatlah penting. Rasulullah saw., bersabda: "Sesungguhnya Allah swt., para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi hingga semut dalam tanah, serta ikan di lautan benar-benar mendoakan bagi pengajar kebaikan". (HR. Tirmidzi). Nabi juga bersabda: "Terdapat dua golongan dari umatku, apabila keduanya baik, maka manusia pun menjadi baik dan jika keduanya rusak maka rusaklah semuanya, yakni golongan penguasa dan ulama" (HR. Ibnu 'Abdil Barr dan Abu Naim dengan sanad yang lemah).
Mengingat kedudukan ilmu yang penting itu, maka menuntut ilmu adalah ibadah, memahaminya adalah wujud takut kepada Allah, mengkajinya adalah jihad, mengajarkannya adalah sedekah dan mengingatnya adalah tasbih.
Dengan ilmu, manusia akan mengenal Allah dan menyembah-Nya. Dengan ilmu, mereka akan bertauhid dan memuja-Nya. Dengan ilmu, Allah meninggikan derajat segolongan manusia atas lainnya dan menjadikan mereka pelopor peradaban.
Oleh karena itu, sebelum menetapkan hati untuk menuntut ilmu, Imam al-Ghazali menyarankan agar para pelajar membersihkan jiwa dan hatinya dari akhlak tercela. Sebab ilmu merupakan ibadah kalbu dan salah satu bentuk pendekatan batin kepada Allah Subhanahuwata'alaa.

Mari menuntun jiwa kepada jalan lurus hidayah _Nya,, Amin.....

Minggu, 09 Maret 2014

Nasehat itu Mudah, yang Sulit adalah Menerimanya (Nasehat Imam Qhazali untuk santri)


Wahai anak! Nasehat itu mudah, yang sulit adalah menerimanya; karena terasa pahit oleh hawa nafsu yang menyukai segala yang terlarang. Terutama dikalangan penuntut ilmu yang membuang-buang waktu dalam mencari kebesaran diri dan kemegahan duniawi. Ia mengira didalam ilmu yang tak bersari itulah terkandung keselamatan dan kebahagiaan, dan ia menyangka tak perlu beramal. Inilah kepercayaan filsul-filsuf.
Ia tidak tahu bahwa ketika ada pada seseorang ilmu, maka ada yang memberatkan, seperti disabdakan Rasulallah saw: “Orang yang berat menanggung siksa di hari kiamat ialah orang yang berilmu namun tidak mendapat manfaat dari ilmunya itu.”
Wahai anak! Janganlah engkau hidup dengan kemiskinan amal dan kehilangan kemauan kerja. Yakinlah bahwa ilmu tanpa amal semata-mata tidak akan menyelamatkan orang. Jika disuatu medan pertempuran ada seorang yang gagah berani dengan persenjataan lengkap dihadapkan dengan seekor singa yang galak, dapatkah senjatanya melindungi dari bahaya, jika tidak diangkat, dipukulkan dan ditikamkan? Tentu saja tidak akan menolong, kecuali diangkat, dipukulkan dan ditikamkan. Demikian pula jika seseorang membaca dan mempelajari seratus ribu masalah ilmiah, jika tidak diamalkan maka tidaklah akan mendatangkan faedah.
Wahai anak! Berapa malam engkau berjaga guna mengulang-ulang ilmu, membaca buku, dan engkau haramkan tidur atas dirimu. Aku tak tahu, apa yang menjadi pendorongmu. Jika yang menjadi pendorongmu adalah kehendak mencari materi dan kesenangan dunia atau mengejar pangkat atau mencari kelebihan atas kawan semata, maka malanglah engkau. Namun jika yang mendorongmu adalah keinginan untuk menghidupkan syariat Rasulallah saw dan menyucikan budi pekertimu serta menundukkan nafsu yang tiada henti mengajak kepada kejahatan, maka mujurlah engkau. Benar sekali kata seorang penyair, “Biarpun kantuk menyiksa mata, Akan percuma semata-mata jika tak karena Allah semata”.
Wahai anak! Hiduplah sebagaimana maumu, namun ingat! bahwasanya engkau akan mati. Dan cintailah siapa yang engkau sukai, namun ingat! engkau akan berpisah dengannya. Dan berbuatlah seperti yang engkau kehendaki, namun ingat! engkau pasti akan menerima balasannya nanti.

Selasa, 04 Maret 2014

Pesan untuk kita para Santri

Imam Syafi'ie Berpesan untuk kita penuntut ilmu...!
 
Aku melihat pemilik ilmu hidupnya mulia walau ia dilahirkan dari orangtua terhina.
Ia terus menerus menerus terangkat hingga pada derajat tinggi dan mulia.
Umat manusia mengikutinya dalam setiap keadaan laksana pengembala kambing ke sana sini diikuti hewan piaraan.


Jikalau tanpa ilmu umat manusia tidak akan merasa bahagia dan tidak mengenal halal dan haram.

Diantara keutamaan ilmu kepada penuntutnya adalah semua umat manusia dijadikan sebagai pelayannya.

Wajib menjaga ilmu laksana orang menjaga harga diri dan kehormatannya.
Siapa yang mengemban ilmu kemudian ia titipkan kepada orang yang bukan ahlinya karena kebodohannya maka ia akan mendzoliminya.



Wahai saudaraku, ilmu tidak akan diraih kecuali dengan enam syarat dan akan aku ceritakan perinciannya dibawah ini:
Cerdik, perhatian tinggi, sungguh-sungguh, bekal, dengan bimbingan guru dan panjangnya masa.
Setiap ilmu selain Al-Qur’an melalaikan diri kecuali ilmu hadits dan fikih dalam beragama.
Ilmu adalah yang berdasarkan riwayat dan sanad maka selain itu hanya was-was setan.


Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru.
Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya.
Barangsiapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar,
Ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.
Dan barangsiapa ketinggalan belajar di masa mudanya,
Maka bertakbirlah untuknya empat kali karena kematiannya.
Demi Allah hakekat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa.
Bila keduanya tidak ada maka tidak ada anggapan baginya.




Ilmu adalah tanaman kebanggaan maka hendaklah Anda bangga dengannya. Dan berhati-hatilah bila kebanggaan itu terlewatkan darimu.
Ketahuilah ilmu tidak akan didapat oleh orang yang pikirannya tercurah pada makanan dan pakaian.


Pengagum ilmu akan selalu berusaha baik dalam keadaan telanjang dan berpakaian.
Jadikanlah bagi dirimu bagian yang cukup dan tinggalkan nikmatnya tidur
Mungkin suatu hari kamu hadir di suatu majelis menjadi tokoh besar di tempat majelis itu.

Kamis, 27 Februari 2014

puisi Jalaluddin Rumi





Aku bukanlah orang Nasrani,
Aku bukanlah orang Yahudi,
 Aku bukanlah orang Majusi,
 dan Aku bukanlah orang Islam.

Keluarlah,
lampaui gagasan sempitmu tentang benar dan salah.
Sehingga kita dapat bertemu pada “Suatu Ruang Murni”
tanpa dibatasi berbagai prasangka
atau pikiran yang gelisah.